Lembaga pendidikan dianggap sebagai kunci dalam pengembangan liberalisme, yaitu melalui Pesantren dan Madrasah yang banyak tersebar di Indonesia. Sejumlah kurikulum untuk tujuan sekulerisasi telah dimasukkan ke dalam lembaga tersebut meski pendidikan Islam tetap menjadi fokus pendidikan mereka.
Berbagai Universitas Islam yang terdiri dari Universitas Negeri Islam (UIN) dengan lebih dari 100.000 mahasiswa, maupun berbagai Universitas yang berada dibawah naungan Ormas Islam juga disusupi Zionis dan Amerika. Baik IAIN dan universitas-universitas Islam swasta lainnya telah menganut ide pluralisme dan demokrasi.
Universitas Gajah Mada juga telah membentuk Center for Religious Cross-Cultural Studies atas saran dari mantan Menteri Luar Negeri Alwi Shihab.
Lembaga ini setiap tahun mengadakan pertemuan rutin di Amerika dengan mengundang beberapa tokoh dan “cendikiawan” dari Indonesia. Para tokoh dan cendikiawan katrok merasa sangat bangga sekali bila bisa diikut sertakan dalam pertemuan yang sering kali dijamu makan malam di Capitol Hill, yaitu gedung kongres Amerika Serikat dan terkadang di jamu di Gedung Putting, kantor Presiden As.
Pada tahun 2002 dan 2005, Syafii Maarif dan Azyumardi Azra ada dalam daftar sebagai pembicara dalam pertemuan ini. Entah apa yang mereka presentasikan tentang Islam dan dunia Islam.
Media Massa
Salah satu media yang paling berpengaruh adalah jaringan radio Islam dengan tajuk Liberal Religion and Tolerance, yang dikelola oleh Kantor Berita Radio 68 H milik Goenawan Mohammad, seorang jurnalis senior yang juga pemilik majalah Tempo yang pernah mendapat penghargaan sebanyak 2 (dua) kali dari Israel. Transkrip dialog radio ini telah dipublikasikan di jaringan Jawa Pos Group dan sindikatnya yang lebih dari 70 media.
Institusi pembangunan Demokrasi.
Salah satu organisasi yang masuk dalam kategori ini adalah Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakspedam), salah satu lembaga NU yang terlibat pada pendidikan pemilih di Jatim yang didanai oleh Asia Foundation dan Ford Foundation. Di Lakpesdam inilah orang orang Liberal dikader dan berlindung. Badan lainnya adalah PM3, yang didirikan oleh Masdar F Masudi, LSM berbasis pesantren yang aktif melakukan diskusi di pesantren tentang peran negara dalam mengatur agama.
Upaya Pembangunan Jaringan Regional.
Asia tenggara dianggap sebagai salah satu pusat pengembagan jaringan regional. Salah satu pelopor organisasi regional tersebut adalah International Center for Islam and Pluralism (ICIP) yang didanai oleh Ford Fondation, yang diketuai oleh Syafii Anwar.
Misi dari organisasi ini adalah membangun jaringan LSM Muslim dan aktivis dan intelektual muslim yang progresif di kawasan Asia Tenggara (dan akhirnya di seluruh dunia) dan sebagai kendaraan untuk menyebarkan ide-ide pemikir-pemikir muslim moderat dan progresif yang berskala internasional.
Pada konferensi di Manila September 2005, salah satu agenda organisasi ini adalah pelaksanaan diskusi di masing-masing negara untuk membuktikan bahwa demokrasi sejalan dengan Islam dan secara spesifik menunjukkan bahwa nilai-nilai Demokrasi terdapat di dalam Al Qur’an.
Juga telah berdiri Moderate Muslim Society yang dipimpin oleh Zuhairi Misrawi yang aktif melobby petinggi Negara termasuk Ketua MPR dan masuk ke menjadi pengurus Baitul Muslimin yang didirikan PDIP. Begitu juga keberadaaan SETARA Institute yang saat ini aktif jadi corong Rand Corp dan USAID.
LSM SETARA Institute ini dimotori oleh para aktivis yang dulu aktif sebagai pendukung kemerdekaan Timor Timur melalui LSM Solidamor, yaitu Hendardi dan Bonar Tigor Naipospos.
Sejatinya, apa yang dilakukan oleh aktivis LSM, seperti Hendardi, Ulil, Zuhairi tak lain dan tak bukan adalah sekedar menjalankan agenda Zionis Internasional untuk menuju kepada Tatanan Dunia Baru (Novus Ordo Seclorum) dan Satu Pemerintahan Dunia (E Pluribus Unum) di bawah pimpinan Zionis.
Untuk mencapai tujuan ini, maka diperlukan conditioning (pengkondisian) yaitu manusia perlu disiapkan untuk menerima tata nilai yang ditentukan oleh Zionis Internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar